KATANDA.ID, Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai memanfaatkan salat Idulfitri berjemaah di Jakarta International Stadium (JIS) sebagai panggung politik sekaligus upaya menggeser stigma kedekatan dengan kelompok garis keras.
Sejumlah pengamat politik menilai Anies memanfaatkan momentum tersebut untuk menunjukkan kemampuan mengerahkan massa. Anies juga dinilai sedang habis-habisan sebelum masa jabatannya berakhir Oktober mendatang.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai Anies sukses memanfaatkan momentum salat Id di JIS. Hal itu terlihat dari jemaah yang berjubel pada salat tersebut.
Dia berpendapat Anies sengaja menjadikan momen tersebut sebagai panggung politik. Anies, ucap Ujang, butuh ‘gong’ sebelum masa jabatannya habis beberapa bulan lagi.
“Ini soal momentum selesainya [pembangunan] JIS, Idulfitri, dan Anies akan berhenti. Pasti [momentum salat Id di JIS] akan dimanfaatkan sebagai panggung politik,” kata Ujang saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (3/5).
Senada, Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Kunto Adi Wibowo menyebut Anies “cerdik” mencuri perhatian karena bisa memakai momen salat Id untuk menunjukkan kemampuan mengerahkan massa dan membangun infrastruktur.
Menurut Kunto, strategi Anies sangat jitu. Dia menilai manuver ini akan berdampak positif bagi persiapan Anies menuju 2024.
“Tentu saja Anies akan sangat berharap bisa berdampak pada elektabilitas di survei dan bagaimana parpol mempersepsi dia,” kata Kunto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (3/5).
“Mendapatkan sekian ribu orang bukan hal yang mudah kan. Dia [menunjukkan] punya massa riil, enggak hanya massa di media sosial,” ia melanjutkan.
Kunto mengatakan Anies berhasil tampil beda dibanding kandidat presiden lainnya dengan salat Idulfitri di JIS. Dia menyebut kandidat lain, seperti Prabowo Subianto, hanya mengandalkan safari politik yang terkesan elitis.
“Dia (Anies) genuinely, secara alamiah, mengumpulkan massa yang sangat besar dalam salat Id itu yang menurut saya menunjukkan, ‘Orang respect lho sama saya’,” tuturnya, menirukan ucapan imajiner Anies.
Bersih-bersih Stigma
Ujang mengatakan salat Idulfitri di JIS sekaligus menjadi ajang bagi Anies membersihkan stigma. Selama ini, Anies dilekatkan dengan kelompok Islam garis keras, seperti Persaudaraan Alumni 212 dan Front Pembela Islam (FPI).
Ujang menduga Anies sengaja memilih JIS sebagai lokasi salat berjemaah. Hal itu dilakukan karena Monumen Nasional (Monas) sudah kadung lekat dengan gerakan Islam kanan.
“Dalam momentum hari ini ya dia menggunakan JIS sebagai sarana ibadah tadi, sebagai sarana menegaskan dia nasionalis-religius,” ucap Ujang.
Sementara itu, Kunto juga menilai ada upaya Anies melepaskan diri dari stigma ‘Islam garis keras’. Namun, dia merasa hal itu tak cukup.
“Kalau Anies pelan-pelan ke tengah, saya yakin persepsi orang juga akan bergeser asal Anies juga tidak kehilangan basis FPI dan 212 yang juga punya kekuatan vote yang besar,” ucap Kunto.
Sementara itu, saat memberi sambutan dalam pelaksanaan Salat Id di JIS, Senin (2/5), Anies mengatakan gelaran itu terkait dengan perayaan tuntasnya pembangunan JIS dan juga pandemi yang membaik.
“Idul fitri kali ini ada banyak sekali harus disyukuri atas rahmatnya yang menyertai kita…atas kemenangan di hari yang diberikannya. Ini adalah kemenangan setelah dua idulfitri kita lalui tanpa kebersamaan, tanpa perayaan besar karena perjuangan kita kendalikan pandemi,” ujarnya.
“Stadion yang jadi mahakarya bukan hanya karena bentuk fisiknya belaka, namun juga atas kerja keras, kerja luar biasa dari anak negeri atas visi dan cita-cita yang digantungkannya kepadanya. Semoga stadion ini jadi ladang pahala, kadang keberkahan bagi semua yang memanfaatkannya,” lanjut dia.