KATANDA.ID – Saat mengikuti pendidikan Muba Vocational Center (MVC) pernahkah terlintas di benak para siswanya suatu saat setelah selesai pendidikan akan bekerja di luar negeri, salah satunya di Malaysia?
Mungkin yang terlintas di benak para siswa Muba Vocational Center adalah bagaimana setelah selesai pendidikan mendapat pekerjaan. Bekerja di luar negeri itu bonus.
Tapi kini bekerja di luar negeri bagi lulusan Muba Vocational Center adalah kenyataan. Sebanyak 25 orang yang telah menjalani pendidikan vokasi di Muba Vocational Center akan diberangkatkan ke Malaysia dan mereka akan menjadi pekerja formal di negeri jiran tersebut.
Asisten Administrasi Umum Setda Musi Banyuasin (Muba) Syafaruddin melepas para Pekerja Migran Indonesia (PMI) Kabupaten Muba Sektor Formal ke Malaysia pada Selasa, 6 Desember 2022 bertempat di Aula Balai Latihan Kerja (BLK) Sekayu.
Untuk keberangkatan para pekerja migran tersebut ke Malaysia Pemerintah Kabupaten Muba bekerjasama dengan UPT BP3MI (Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia) Sumatera Selatan (Sumsel).
Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Muba Mursalin para pekerja tersebut sebelumnya telah menjalani pendidikan pelatihan di Muba Vocational Center (MVC). “Melalui Muba Vocational Center ini adalah salah satu strategi atau upaya Pemerintah Kabupaten Muba untuk mengurangi pengangguran sekaligus wujud nyata implementasi perekrutan tenaga kerja lokal di dalam wilayah bumi Serasan Sekate,” katanya.
Kepada PMI asal Muba tersebut Asisten Administrasi Umum Syafaruddin berpesan agar terus semangat dalam bekerja jaga kesehatan, selalu jaga nama baik bangsa dan negara khususnya Kabupaten Muba. “Tunjukkan dan buktikan bahwa kita mampu bekerja secara profesional, pelihara selalu kekompakan diantara kalian selama bekerja. Berangkat jadi migran pulang jadi juragan,” ujarnya.
Terkait dengan masalah lowong kerja, menurut Syafaruddin, Pemkab Muba terus berinovasi untuk menciptakan lapangan kerja dan terus berupaya mengoptimalkan serapan tenaga kerja lokal.
Selain pekerja formal, Muba Vocational Center melalui Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Migas telah melahirkan para pekerja di sektor migas. MVC migas ini merupakan PPKD Migas pertama di Indonesia yang berada di Sekayu ibu kota Kabupaten Muba.
Khusus Sekolah Vokasi Migas yang bekerjasama dengan SKK Migas dan Petrotekno mulai diresmikan 27 September 2022 oleh Bupati Muba waktu itu Dodi Reza Alex. MVC menjadi tempat pendidikan vokasi pertama di Sumatera Selatan (Sumsel) dan juga di Sumatera untuk bidang migas.
Menurut Penjabat Bupati Muba Apriyadi pada peringatan HUT ke-66 Kabupaten Muba pada 28 September 2022, daerah ini fokus dalam menekan angka pengangguran. Beberapa program strategis telah dicanangkan seperti Muba Vocational Centre, rekrutmen tenaga kerja satu pintu untuk seluruh perusahaan yang ada di Muba melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, peningkatan kapasitas balai latihan kerja, pembinaan UMKM dan koperasi, dan program strategis lainnya.
Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi di Muba melalui MVC patut mendapat apresiasi sekaligus sebagai salah upaya daerah yang kaya minyak dan gas tersebut menekan angka pengangguran.
MVC adalah jawaban dari Pemkab Muba terhadap kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai daya saing secara terbuka dan bahkan mampu bersaing dengan SDM dari negara lain. Ini telah dibuktikan dengan keberangkatan 25 SDM hasil pendidikan vokasi dari Muba untuk menjadi PMI di Malaysia.
Menghadap era globalisasi, dibutuhan SDM yang adaptif dan antisipatif terhadap berbagai perubahan dan kondisi baru, terbuka terhadap perubahan, mampu belajar bagaimana belajar (learning how to learn), memiliki berbagai keterampilan. Indikasi ini menunjukkan bahwa tenaga kerja dengan kualifikasi profesional sangat dituntut dalam dunia kerja pada era globalisasi.
Apa itu pendidikan vokasi sebagai upaya mempersiapkan SDM yang dibutuhkan di era globalisasi ini?
Dalam jawaban yang sederhana, pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang menghasilkan lulusan siap kerja yang memiliki keterampilan sesuai kebutuhan dunia kerja.
Pengertian lain menyebutkan pendidikan vokasi adalah pendidikan yang diarahkan pada penguasaan dan pengembangan keahlian terapan, beradaptasi pada bidang pekerjaan tertentu dan dapat menciptakan peluang kerja.
Pendidikan vokasi itu menganut sistem terbuka(multi-entry-exit system) dan multimakna (berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak, dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup life skill. Pendidikan vokasi berorientasi pada kecakapan kerja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi terapan serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan lapangan kerja. Atau pendidikan vokasi ini dapat dikatakan sebagai salah satu upaya memecahkan problem pendidikan selama ini, yakni relevansi pendidikan dengan dunia kerja.
Dalam sistem penyelenggaraan pendidikan berorientasi dunia kerja terdapat dua istilah pendidikan yang digunakan, yaitu: pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi.
Dalam Pasal 15 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sedangkan pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
Pendidikan kejuruan merupakan penyelenggaraan jalur pendidikan formal yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan tingkat menengah, yaitu: pendidikan menengah kejuruan yang berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pendidikan vokasi adalah penyelenggaraan jalur pendidikan formal yang diselenggarakanpada pendidikan tinggi, seperti: Politeknik, Program Diploma atau sejenisnya.
Jadi pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi merupakan penyelenggaraan program pendidikan yang terkait erat dengan ketenagakerjaan. Pendidikan kejuruan pada jenjang SMK/MAK dan vokasi pada jenjang pendidikan tinggi, pada dasarnya lebih mengutamakan untuk mempersiapkan lulusan tenaga kerja yang memiliki keterampilan. Dimana sifat pendidikan vokasi harus cepat beradaptasi terhadap perubahan.
Mengutip Kuntang Winangun, M.Pd dalam “Pendidikan Vokasi Sebagai Pondasi Bangsa Menghadapi Globalisasi” (2017), yang menjadi tujuan utama dalam pendidikan vokasi adalah membangun Delapan Kompetensi Lulusan : 1. Communication Skills; 2. Critical and Creative Thinking; 3.Information/ Digital Literacy; 4. Inquiry/Reasoning Skills; 5. Interpersonal Skills; 6. Multicultural/Multilingual Literacy; 7. Problem Solving; 8. Technological Skills. Kompetensi 1 sampai dengan 7 disebut soft skills, sedangkan kompetensi 8 disebut hard skills.
Mengutip data ADB (Asian Development Bank) (2010) bahwa pendidikan vokasi berkembang sangat cepat pada satu dekade terakhir ini, terbukti dengan terjadinya peningkatan jumlah peserta didik baru di bidang vokasi sebesar 158 persen dari tahun 2001 sampai 2010.
Ini berarti banyak masyarakat atau peserta didik berharap dengan menuntaskan studi di pendidikan vokasi akan lebih memudahkan dalam mendapatkan pekerjaan karena dinilai memiliki keterampilan atau keahlian khusus yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ini berarti pemerintah harus fokus pada pertumbuhan komponen sektor pendidikan sebagai sebuah strategi kunci untuk mengantisipasi pertumbuhan perekonomian.
Jika dulu pendidikan vokasi pernah diremehkan, di tengah masyarakat tumbuh persepsi atau menganggap mereka yang menempuh pendidikan vokasi adalah mereka yang mengalami kegagalan secara akademis dan belajar, maka masyarakat memilih pendidikan vokasi sebagai pilihan kedua.
Kemudian pada persepsi tersebut sejak tahun 2013 pada saat ada 1,9 juta calon pendaftar pendidikan yang memperebutkan 1,5 juta tempat duduk di lembaga pendidikan vokasi. Ini pertanda minat masyarakat yang meningkat terhadap pendidikan vokasi. Banyak masyarakat berharap dengan mengikuti pendidikan vokasi vokasi bisa lebih memudahkan mendapatkan pekerjaan karena lulusan memiliki keterampilan atau keahlian khusus yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Pendidikan vokasi harus mampu mengikuti perkembangan dunia usaha dan industri.
Berdasarkan data ADB, ada lima tipe pendidikan vokasi di Indonesia, yaitu : (1) Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah Kejuruan, (2) Akademi Komunitas; (3) Politeknik, (4) Universitas, dan (5) Balai Latihan Kerja. Muba Vocational Center termasuk dalam tipe pendidikan Balai Latihan Kerja (BLK).
Pendidikan vokasi di Indonesia ada yang berada di bawah pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Juga ada yang berada di di bawah departemen teknis dari kementerian seperti perguruan tinggi kedinasan yang dikelola oleh KementerianDalam Negeri, Kementerian Agama, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan dan sebagainya. Kemudian pada tataran pendidikan menengah bahwa jumlah SMK di Indonesia meningkat dari 10.256 menjadi 11.727 sekolah. SMK tersebut tersebar 57 persen di Jawa, 20 persen di Sumatera, sisanya di daerah lain.
Ke depan dalam era globalisasi dan milenial maka pendidikan vokasional merupakan investasi. Dunia kerja membutuhkan membutuhkan SDM yang memiliki kompetensi dan dengan standarisasi mengikuti kualifikasi dunia. Penerapan teknologi baru dan terus berkembang dalam industri mengandung konsekuensi permintaan SDM yang memiliki kemampuan lebih tinggi guna mendukung peningkatan produktivitas.
Pendidikan vokasional apa pun tipenya, harus meningkatkan kualitas pendidikan vokasi khususnya dalam menghadapi kemajuan teknologi pada era revolusi industri 4.0.
Pendidikan vokasi di daerah harus dapat berperan maksimal dalam pembangunan ekonomi dengan terus menjaga keselarasannya dengan dunia kerja secara terus menerus. Dengan mengutip Slamet PH dalam penelitiannya berjudul “Peran Pendidikan Vokasi Dalam Pembangunan Ekonomi,” (2011) bahwa pendidikan vokasi juga akan berperan maksimal dalam pembangunan ekonomi jika mampu mengintegrasikan program-programnya dengan keberadaan regulasi, kebijakan, perencanaan, dan penganggaran pemerintah di era otonomi daerah saat ini. (maspril aries)