Ketua SEMA Itu Kini Pj Wali Kota Palembang

Ratu Dewa Pj Wali Kota Palembang. (FOTO : IG @ratudewa)

KATANDA.ID – Dulu sebelum reformasi bergulir di Indonesia, tahun 1990 – 1991 sosok ini pernah menjabat sebagai Ketua SEMA (Senat Mahasiswa). Berbilang tahun kemudian, pada 18 September 2023 sosok ini dilantik menduduki posisi sebagai Penjabat (Pj) Wali Kota Palembang.

Sosok tersebut bernama Ratu Dewa. Di lingkungan birokrasi jabatannya adalah Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang. Sosok yang punya nama panggilan “Wan” saat mahasiswa di IAIN Raden Fatah (sekarang Universitas Islam Negeri atau UIN Raden Fatah) tahun 1990 – 1991 sempat menjadi Ketua SEMA Fakultas Ushuluddin.

Bacaan Lainnya

Capaian puncak jenjang birokrasi sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS) sekarang aparatur sipil negara (ASN) yang dicapai pria kelahiran 17 Agustus 1969 adalah sekretaris daerah sejak bermula menjadi PNS pada Kantor Wilayah Departemen Penerangan (Kanwil Deppen) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Di institusi yang kemudian dibubarkan pada masa Preisden Abdurrahman Wahid tersebut Ratu Dewa sempat menjabat sebagai Kasi Rencana Operasional (1998  – 1999).

Pasca likuidasi Departemen Penerangan (Deppen) otomatis institusi tersebut yang berada di daerah juga ikut bubar. Sebagai PNS Ratu Dewa pindah ke lingkungan Pemerintah Provinsi Sumsel. Bagian lingkup kerjanya tidak jauh berbeda dengan saat bekerja di Kanwil Deppen masih berkaitan seputar informasi.

Sosok yang suka bermain bulu tangkis ini bekerja pada Biro Humas (Hubungan Masyarakat) Pemprov Sumsel. Di sini perkenalan pertama dengan Ratu Dewa terjadi. Sebagai abdi negara, Ratu Dewa dikenal sosok yang cepat akrab dengan lingkungan kerjanya.

Di sini ia berinteraksi dengan banyak wartawan atau jurnalis dari berbagai media massa, pada masa itu ia menjalin komunikasi dengan wartawan khususnya media cetak dan media audio visual (radio dan televisi) baik wartawan media massa lokal dan media massa nasional, wartawan media online belum banyak jumlahnya.

Sebagai PNS yang harus tanggap dengan informasi dan komunikasi khususnya antara wartawan dengan Gubernur Sumsel saat itu dijabat Syahrial Oesman, Ratu Dewa menjadi sosok yang mampu membuat hubungan pers dan pemerintah provinsi berjalan harmonis. Masa itu komunikasi wartawan dengan nara sumber di lingkungan Pemprov Sumsel bisa berjalan  smooth karena Ratu Dewa mengerti bagaimana dunia jurnalistik berdetak dan informasi bisa tersiar luas ke masyarakat.

Ratu Dewa sudah memahami bagaimana mekanisme dalam dunia jurnalisme bergulir, sejak mahasiswa ia sudah rajin menulis opini di media massa, ia adalah aktivis mahasiswa yang rajin menuangkan gagasan dan pikirannya dalam tulisan opini ke masyarakat melalui media massa yang terbit di Palembang.

Tulisan dan pemikirannya sejak mahasiswa tersebut tersebar luas melalui dua surat kabar terbesar di Sumsel yaitu Sumatera Ekspres dan Sriwijaya Post. Juga ada di media massa lainnya. Ratu Dewa menulis tentang beragam isu atau tema yang tengah menjadi perbincangan masyarakat pada masa itu.

Seperti tahun 1991 Ratu Dewa menulis opini berjudul “Pergeseran Nilai, Etika, Perilaku, dan Idealisme Kalangan Remaja” yang terbit di Sumatera Ekpres tanggal 8 Februari 1991. Sebagai sosok yang pernah kuliah di IAIN, Ratu Dewa juga menuangkan pemikirannya yang berkaitan dengan Islam.  Dari buku kumpulan tulisannya yang berjudul “Lafaz Pena Mantan Aktivis” yang terbit 2018, Ratu Dewa sudah menulis tema tentang haji.

Walau Ratu Dewa dan istri Dewi Sastrani baru menunaikan ibadah haji pada tahun 2023, ayah dari empat orang putra dan putri ini menuliskan tema tentang haji dalam tulisan yang ditulisnya tahun tahun 2000. Berjudul “Haji Membangun ‘Tauhidul Ibadah’ ke ‘Tauhidul Ummah” yang terbit di Sriwijaya Post 3 Maret 2000) dan opini “Ibadah Haji dan Kesamaan Umat Manusia” yang terbit di Sumatera Ekspres pada tanggal yang sama.

Pos terkait